Dienstag, März 02, 2004

Wissenschaftliche Beirat

Pernah baca dongeng bahasa Jerman? Hampir semua dongeng didahului dengan kalimat; Es war einmal.......dst, ini sama juga dengan dongeng dalam bahasa Indonesia yang selalu diantarkan dengan kalimat; Konon khabarnya disebuah desa....dst. But, sekarang saya memulai tulisan ini bukan dengan es war einmal, berarti bukan dongeng kan? (bisa aja yaa..!?). Pengalaman ini adalah sambungan dua cerita sebelumnya mengenai ketok meja. Nah, sore sekitar pukul 17.30 sore kembali menuju Institute setelah menghadiri acara disputation. Sekitar 20 minute dengan bus nomor 433, cuaca diluar dingin karena salju masih turun. Kalau bukan karena salah seorang professor saya nelpon untuk datang dalam acara dinner, mungkin saya ngga kan datang. Tapi berhubung dia telpon, yaa ngga enakkan ngga datang. Padahal biasanya pulang dari institut jam seginian, atau paling telat jam 19.00. Nah kalau acara dinner dimulai jam 18.30-selesai?? (ngga tahu kan). Ok lah.....tancap saja datang!!. Sesampainya diinstitut, Flur atau hall yang tadinya leer/kosong ternyata sudah disulap menjadi "restaurant kilat". Sambil lewat menuju ruangan kerja saya lihat banyak banget makanan (dasar mata kali yeee). Melihat persiapan ini, kayaknya bukan sembarangan acara dinner malam ini. Terus saya baca lagi undangan via imel dengan subjek Wissenschaftliche Beirat, apa yaaa? Penasaran juga ..benar2 penasaran....!!

Tepat jam 18.30 saya perlahan menuju "restaurant kilat", dan ternyata sudah banyak tetamu yang datang, dan hampir separohnya wajah baru yang belum pernah saya lihat batang hidungnya. Cuma lihat dari gayanya...ehmm ini gaya2 tukang seminar atau professor. Sudah menjadi adat istiadat setiap acara, pertamanya adalah begruessung atau kata sambutan (address of welcome). Malam ini seorang yang kelihatannya lebih muda dari yang lainnya dan berpenampilan necis membuka kata perkenalan; wer, woher, warum, wie dll...(standar aja kan?). Dan selanjutnya dia memperkenalkan belasan anggota rombongan lainnya satu persatu sambil mereka yang disebut namanya berdiri, dan tak lupa bidang keahlian masing2. Begruessung dari tamu selesai, serentak meja diketuk..tok..tok..tok...(nah tradisi ketok meja lagi kan?) sebagai apresiasi buat pembuka acara tadi. Dan selanjutnya Leiter/chief institut saya memberikan kata sambutan sebagai balasan dari tamu tadi. Dia juga menjelaskan "sangat jelas" semua nama kita (sekitar 20 orang), dari mana, bidang penelitian apa. Tentunya saya juga berdiri saat nama Imron Rosyadi diperkenalkan, sama dengan saat nama lain disebutkan..mata memandang kepada saya jadi grogi juga, cuma ngga sampai pingsan kok...he..he..

Ternyata rombongan itu adalah Wissenschaftliche Beirat dari kementrian pertanian Jerman BMVEL yang sedang mengadakan kunjungan kerja selama dua hari di FAL. Mereka mendiskusikan atau mencari masukan mengenai sektor pertanian aktuel dengan professor2 dilingkungan FAL. Belasan wajah2 tersebut adalah professor pilihan semua bidang pertanian terkait dari universitas terkemuka di seluruh Jerman, dimana mereka itu adalah advisory committee untuk menteri pertanian. Alamak..., kaget juga saya. Alhamdulillilah saya datang, minimal bisa ketemu pejabat dan juga professor yang menurut pandangan saya berpenampilan sederhana dan dengan santai mereka juga bisa berbincang2 dengan yang bukan professor, saya sebagai contoh. Kebetulan yang duduk disamping saya adalah ahli dibidang marine toxicology, dia bercerita tentang minyak kelapa sawit dari Indonesia dan Malaysia yang sedang didiskusikan tentang efek pencemarannya, karena dibawa pakai tangker. Katanya sih mau ada pajaknya juga kayak minyak mentah und bla..bla...(sensor). Point lainnya yang saya lihat adalah mereka aktif mendatangi institusi terkait/lembaga penelitian untuk menggali hal2 yang baru. Dan profesional. Wah saya ngga bakalan bisa dinner dan bincang2 dengan "penasehat mentri" kalo di Indonesia. Why???