Freitag, März 19, 2004

Mediamarkt

Minimal sekali sebulan Dzakiyyah dan Fathur diajak jalan-jalan ke Mediamarkt. Kalau udara cerah bisa tiap minggu main kesana. Mediamarkt ini adalah salah satu toko elektronik terbesar dan hampir selalu ada disetiap penjuru kota Jerman. Tentunya segala peralatan elektonik keluaran terbaru ada disini.



Dzakiyyah senang banget kalau sudah diajak main kesini, bisa nyobain laptop yang beraneka ragam modelnya atau game2 versi terbaru juga CD lagu. Kalau sudah capek coba-mencoba segala sesuatunya di kedua lantai supermaket ini, biasanya Dzakiyyah dan Fathur dengarin musik dulu sebelum pulang. Mendengarkan lagu anak2 kesukaan mereka.


Donnerstag, März 18, 2004

Ayahanda dan Ibunda.....

Pagi ini sejam lebih awal bangun dari biasanya, langsung diikuti oleh istri serta si kecil Dzakiyyah dan Fathur. Setelah sholat subuh saya kembali menggolerkan badan ke peraduan, namun ngga bisa tidur kembali. Pikiran teringat pada Ayanda yang hari ini menurut keluarga akan operasi kelenjar prostat. Yang menurut sebagian orang ini hanya merupakan “operasi kecil”, namun perasaan dan pikiran tetap tertuju ke Ayahanda yang jauh disana. Terbayang juga wajah Ibunda yang selalu setia menemaninya, bersama abang serta adek-adek tercinta.

Kehadapan Ayahanda dan Ibunda..., begitulah saya selalu menuliskan panggilan kesayangan buat mereka tatkala mengirim surat dari dulu, sejak mulai memasuki dunia perantauan. Padahal kalau berjumpa sehari-hari panggilan beliau adalah Bapak dan Omak. Ayahanda dan Ibunda merupakan ungkapan rasa rindu yang mendalam dan digoreskan dalam lembaran surat. Dan biasanya surat akan diakhiri dengan kalimat “sembah sujud ananda”. Biasanya kalau saya pulang yang biasanya sekali setahun (lebaran) Ayahanda akan memperlihatkan surat-surat yang pernah saya tulis, mulai dari awal dan yang terakhir. Suatu penyimpanan yang rapi. Dan saya biasanya kembali membaca surat2 tersebut, sambil terkadang tersenyum sendiri melihat apa yang telah ditulis.

Nah, pagi ini Ayahanda mau dioperasi. Ingin rasanya saya berada ditengah-tengah mereka. Menemani, menghibur, memeluk serta menyenangkan hati Ibunda yang sangat “kalut” pada saat seperti ini. Kalau Ayahanda, saya tahu betul dia akan tegar menghadapinya. Paling dia akan memanggil, “Iron! tolong dipijatin kaki Bapak yaa!”. Begitu biasanya Bapak memanggil saya, Iron dan bukan Imron, mungkin biar simple. Sekarang saya tidak bisa menemani dan tak bisa memijatin kaki Ayahanda yang pasti pegal setelah menjalani operasi.

Setengah jam berlalu, akhirnya saya telpon ke HP Irwan, salah seorang adek saya. Ternyata Allah mengabulkan doa kami, operasi alhamdulillah berjalan lancar. HP pun diberikan kepada Ayahanda yang suaranya sedikit tertahan, mungkin karena capek atau lemas setelah dibius. Waktu saya telpon, operasi baru saja selesai dan Ayahanda belum dibawa ke kamar di rumah sakit. Hanya sempat beberapa saat berbicara dengan Ayahanda, juga Ibunda yang kedengaran suaranya sedikit serak, dikarenakan mereka harus bergegas mengikuti perawat yang membawa Bapak menuju ke kamar.

Doa tulus kami; Ya Allah, semoga Ayahanda kami cepat sembuh dan kembali pulang ke rumah. Semoga Ibunda selalu tabah dan tegar menghadapi semua cobaan ini.

Sembah sujud Ananda & Cucunda
Braunschweig-Jerman

Mittwoch, März 17, 2004

"Molorlah" berjanji dan "ingkari"

Berjanji ini adalah pekerjaan gampang2 susah, dibilang gampang sebab bisa dalam hitungan detik terucap dan bila dibilang susah bisa ngacak2 buka agenda untuk mengatakannya. Susah juga saya membuat judul untuk tema janji ini, akhirnya keluar judul diatas.

Sering saya berjanji dengan kolega disini dan hampir tidak ada mereka telat atau mengingkarinya, baik itu janji untuk diskusi atau pun hanya sekedar bertanya sesuatu. Pernah saya (berkali2 malah) mendatangi teknisi komputer disebelah ruangan kerja saya dan menanyakan sesuatu. Ok, katanya besok pagi akan saya jawab. Mungkin kalau kita baru pertama kenal dengan sifat orang Jerman akan kaget. Kok nanya gitu saja sampai besok pagi. Dengan melapangkan dada saya masuk ruangan. Dan ternyata 15 minute kemudian dia menjelaskan apa yang saya tanyakan, ngga perlu sampi besok pagi rupanya. Ada juga kasus yang lain, dimana saya menanyakan harga laptop pada waktu itu dengen merek Satellite 1900-102 (online price) kepada salah seorang teman. Ok, ntar besok saya kasih tahu, katanya. Penyelesaiannya kurang lebih sama, sekitar 20 minute kemudian dia masuk keruangan saya lengkap dengan hasil print-out apa yang saya minta. Lain pula kalau berjanji dengan pemerintahan, sebagai contoh immigration office, sering saya alami. Sebulan yang lalu saya mengurus sebuah document. Dan setelah konsultasi, mereka bilang akan kita kirimkan ke alamat anda dalam jangka waktu 6 minggu. Pernyataan ini juga tertera dalam kertas pengumuman. Hanya berselang waktu 3 minggu surat yang saya minta tersebut sudah sampai ke tangan.

Kasus ini hampir saya temukan selalu, sehingga dalam pikiran saya berjanji itu lebih baik "dimolorkan". Dalam artian pikirkan keadaan yang paling lambat dari kemampuan kita. Hal ini juga akan mengurangi stress kita, jika kita yang telah berjanji padahal itu diluar kemampuan. Btw, "ingkari janji" tersebut dalam artian positif, yakni kerjakan atau selesaikan dalam waktu yang sesingkat2nya. Nah, dari sisi lain kita juga telah memberikan kejutan kepada orang lain dengan waktu yang lebih awal kita selesaikan. Sempat pula minum kopi dahulu..he..he..

Lain lubuk lain pula ikannya (ini sih pepatah). Kebanyakan kita (mungkin juga saya) biasanya berjanji ala calo. Besok bapak bias ambil dech!! Pas besoknya, kita bilang, wah sorry deh pak, habis yang menandatangai surat ini ngga datang lagi cuti. Coba ntar sore datang lagi. Atau ada nomor HP bapak yang bisa saya hubungi? Nanti kalau sudah selesai saya HP bapak. Ternyata dia nelpon seminggu kemudian. Wah jadi berabe kalo berjanji kayak ginian!!!

Montag, März 15, 2004

Beranda rumah kita

Banyak yang membedakan antara hidup di Indonesia tanah kelahiran dengan tinggal diluar negeri, seperti Jerman yang saya alami. Dari sekian banyak perbedaan, beranda menjadi tofik menarik untuk dibahas pada kesempatan ini. Ada apa dengan beranda?

Pengertian beranda itu kurang lebih adalah pelataran depan rumah yang berfungsi sebagai awal masuknya ke sebuah rumah sebelum pintu. Jadi kalau kita akan memasuki rumah seseorang terlebih dahulu akan melalui pagar (jika dipagar)--halaman--beranda--pintu--ruang tamu dst. Itu kondisi umum yang kita temui dalam konteks pe-rumah-an di Indonesia.

Konsidi ini tidak saya temui saat pertama kali menginjakkan kaki di Jerman ini. Rumah orang kebanyakan adalah appartment yang tentunya takkan pernah ada dilengkapi dengan beranda, apa lagi pagar dan halaman. Milik kita hanya mulai dari pintu dst. Terkadang rindu akan keberadaan beranda rumah ini menginggatkan keluarga dirumah. Karena biasanya setiap sore, beranda menjadi ajang dan tempat bercengkrama sesama anggota keluarga dan juga tetangga, bahkan tamu sekalipun. Makanya tatkala saya mengenal Beranda rumah kita pertama kali di dunia maya, dengan headernya lengkap dengan gambar beranda yang sesungguhnya, jadi betah bertandang kesana. Suasana keakrapan sudah terasa saat klik menuju kesana, montreal Canada tempatnya. Banyak yang dapat kita temui dan baca disana dan dilengkapi lagi dengan kehadiran BloggerFamily yang merupakan ajang diskusi mengenai berbagai topik, iya itu dunia per-blog-an, dunia anak2, dunia masak-memasak, tempat jualan bahkan ada juga tempat untuk sekedar curhat. Lengkaplah sudah, sekarang blogger family menurut laporan Maknyak sudah berumur 4 bulan.

Nah, rasa rindu akan keberadaan beranda ini sedikit banyak akan terobati dengan kehadiran BerandaRumahKita dan BloggerFamily ini. Walau itu hanya didunia maya, selamat Maknyak dan kru BloggerFamily...!

500 rupiah

Tiga hari yang lalu teman saya diledekin sama koleganya. Laptop dia diinstall-in program adobe oleh temannya tersebut. Pas sudah selesai diinstall, teman saya bilang "danke sehr". Koleganya bilang "Yaa, aber du must bezahlen"; Kamu harus bayar 500 rupiah, karena program ini saya beli 500 euro. Teman saya ngakak mendengar 500 rupiah, "benar nih...saya langsung bayar kontan", katanya. Mungkin kolega teman saya tadi ngga tahu berapa harganya 500 rupiah, padahal kan hanya seharga 5 cent euro. Alamak...!!!