Sonntag, Juni 13, 2004

Teknologi dan lidah

Teknologi terus berkembang seakan tak terbendung, ada aja penemuan baru yang memudahkan segala sesuatunya. Begitu juga dibidang komunikasi, ya ada telphon, HP, internet dengan segala fasilitasnya yang online. Terus bisakah kita terpaku sama satu teknologi saja? Dan apa bisa selalu menjamin "keakuratan pesan" yang disampaikan?

Dua minggu yang lalu saya punya sebuah cerita ringan. Salah seorang teman saya di Jambi kirim pesan lewat YM dan kebetulan saya memang lagi ngendon didepan komputer kantor yang emang selalu online dari pagi-petang. Dia mau tanyakan perubahan alamat surat dari Zav-Reintegration di Frankfurt, FedEx, karena dia mau kirim paket dari Indo ke Jerman. Kok FedEx tahu yaa alamat berubah? Saya mulanya ngga percaya juga sama FedEx tsb, saya check dari surat terakhir dari ZAV, alamatnya tetap sama dengan yang di onlinenya. Ok lah, dari pada pusing, mendingan tanya saja langsung sama ZAV di Frankfurt. Saya telphon ke salah seorang kontak person disana dan menanyakan masalah perubahan alamat tsb. Ternyata saudara? memang berubah, dalam hati saya hebat bener tu FedEx, kok dia tau he..he..

Ok lah, nah saya mau tau langsung pada saat itu juga alamat yang baru, karena teman yang di Jambi lagi online di YM, nunggu. Cuma saya sedikit ngga yakin kalau ntar yang di sono (wong Jerman) menyebutkan alamat jalan, nomor trus kode pos via telphon, takut salah denger, yang namanya alamatkan harus 100% betul kalau ngga ya nyasar. Dengan spontan saya bilang sama kontak person ZAV tsb, bisa kirim alamat barus lewat imel ngga?
Ternyata orang baik di sono mengatakan, tentu saja! Tentunya dia menanyakan alamat imel saya, dan langsung saya kasih tahu, itu pun dengan di eja...maklum lidah berbeda.

Tiga menit berlalu belon juga datang, 5 menit juga belon datang. Padahal dia bilang akan kirim segera, sofort. Saya mencoba mengingat lagi saat mengeja alamat imel. R (Russland), O (oval), S (sie), Y (yahoo), A (Atlantik), D (Deutschland) und I (instal) at FAL Punkt DE. Ngga ada yang musti salah dan itu pun dua kali di ulang, yakin bin yakin dech.
Teman saya kirim YM lagi, dan langsung saya jawab, ntar saya sedang tunggu imel dari mereka, ntar lagi datang, sabar yaa! Ok, jawab dari Indo.

Setelah 10 menit berlalu saya telpon ke Frankfurt lagi karena pasti ada apa?. Ternyata benar, ada satu huruf yang "salah ucap" dan "salah dengar", yakni huruf L, staf ZAV tersebut mengira FAR padahal FAL. Memang susah membedakan huruf L dan R versi Jerman, hampir mirip. Padahal R-nya versi Indonesich...eerrrr, kalau versi Deutsch, ya itu tadi hampir sama kedengarannya L dan R.
Ternyata tetap saja salah ...he..he.., padahal sudah pake YM, Imel, Telphon masih...aja.
Alhamdulillah juga prosesnya ngga lebih 15 menit, semuanya alles klar.