Beberapa minggu yang lalu saya janjian mau ketemu salah seorang professor di TU Braunschweig. Seperti biasa, sebelum bikin termin saya telpon dulu, kapan saya bisa bertemu dia. Ternyata, pas saya telpon dia sedang ngga ada diruangan, dan yang ngambil salah seorang studentnya di labour tsb. Dengan ramah dia bialang, professor sedang keluar dan tolong kasih nomor telefon anda biar dia nanti yang telefon balik. Ok, jawab saya dan saya tinggalkan nomor cuma saya pesan, telfon siang saja karena pagi ini saya ada termin lain. Prolog seperti ini selalu menjadi kebiasaan dalam membuat janji, dan waktu pertama berkenalan dengan tradisi janji-janjian di Jerman agak sungkan juga. Masak dia (professor) mau telfon balik kita. Tapi begitu lah adanya.
Setelah siangnya akhirnya kita bikin janji, saya akan ke tempat dia besoknya. Kata dia kalau dapat pagi dan mohon telfon lagi sebelumnya (kalau bisa), karena dia sedikit sibuk mempersiapkan seminar tahunan dan dia salah seorang komitenya. Karena saya belum pernah ke institutnya dia, maka saya nanyakan alamatnya, serta halte bus disana. Lalu dia menjelaskan, ternyata nama halte busnya dia ngga tahu. "Wah saya ngga hapal nama haltenya, soalnya saya ke kantor selalu naik sepeda", selanya. Profesor naik sepeda? Memang sih banyak profesor disini yang hobby naik sepeda, walau dia punya mobil. Coba kalau dikita professor naik sepeda??!!