Samstag, Mai 01, 2004

Lampu kuning

Coba tebak apa kira2 fungsi lampu kuning yang ada di setiap persimpangan jalan? Kenapa tidak cukup hanya dengan dua lampu saja, merah dan hijau? Kalau lampu merah tanda berhenti dan kalau lampu hijau kita jalan. Trus kalau udah gitu..fungsi lampu kuning buat ngapain donk ya…apakah pertanda setengah jalan atau setengah berhenti, nggak lucu kan?. Kalau secara matematis coba dihitung; ˝ berhenti = ˝ jalan; artinya berhenti = jalan (karena ˝ nya bisa dihilangkan). Memang susah juga untuk memahami arti lampu kuning di traffic light atau Die Ampel dalam bahasa Jermannya.

Source: fahrtipps.de

Teringat dulu waktu pergi ke Lembang dengan teman dan kita menerobos lampu kuning di jalan setia budi atas yang terkenal dengan “polisi lampu kuningnya”. Langsung saja kena priiiitt tiba2 entah dari mana? Karena merasa tidak bersalah langsung saja teman saya keluar dari mobil sambil membawa surat-menyurat mobil dan mengikuti pak polisi,sedangkan kita hanya menunggu di mobil sambil berharap moga2 tidak kena tilang. Hanya beberapa saat dalam hitungan 5 menit, teman tadi datang dengan tersenyum. “Bayar berapa Rudy?“, kata kita serentak. “nggaaakk?“ Lho kok bisa, biasanyakan kalau sudah masuk `warung` untuk urusan beginian pasti sudah kena denda/tilang. Ternyata pak polisi tadi lihat alamat teman saya, yang kebetulan tinggal di komplek kajati, Jakarta. Kontan saja nggak berani pak polisi mau ngasih denda, apalagi teman saya memang orang hukum, tentunya jago debat masalah kecil beginian.

Nah lain pula cerita teman saya di Hamburg, dia dipanggil oleh guru sekolah anaknya. Dia heran kenapa dipanggil.Apakah mungkin anaknya punya masalah di sekolah atau dengan teman2nya.Dengan rasa penasaran maka ditemuinya juga guru sekolah anaknya tersebut. Ternyata ceritanya begini…, Pada suatu hari anaknya ditanya oleh gurunya tentang perihal die Ampel. Dia bertanya tentang apa yang dilakukan kalau melihat lampu kuning? Anak teman saya ini langsung menjawab dengan suara keras dan cuek...tancaaaaappp gas. Tentu saja dia merasa yakin betul akan jawabannya ini? Tapi ternyata dengan jawaban seperti ini, akhirnya datanglah surat panggilan buat si orang tua untuk “diselidiki“. Setelah dijelaskan kenapa dipanggil, terus gurunya menanyakan apakah memang si anak diajarin begitu. Kontan saja teman saya yang juga dari Indonesia dengan sigap berdalih....., ya nggak mungkin donk anak saya diajarin begitu....sebetulnya saya tancap gas sewaktu lampu masih hijau..tapi dia nggak lihat sebelumnya lampu hijau itu..setelah lampu kuning baru dia lihat karena anak saya duduknya di belakang..dan bla..bla..berbagai alasan lainnya turut jadi pendukung. Entah itu benar atau salah, yang jelas intinya nggak mau disalahkan kan? he..he..Karena disini, salah mendidik seperti ini pun orang tua kena tegur/sanksi....!!

Makanya disamping harus hati2 dengan lampu kuning, sebaiknya memang nggak usah diterobos….lebih amankan? Nah pertanyaannya sebagai PR di rumah, apa yang anda lakukan ketika melihat lampu kuning, apakah tancaaaap gas atau berhenti perlahan???

Sonntag, April 25, 2004

Tersesat ke jalan yang benar

Jumat malam saya bersama dua orang teman pergi menuju dua kota, yang satunya kota bekas Jerman Timur, Magdeburg dan satunya lagi kota pelabuhan Hamburg. Dari kota tempat saya tinggal Braunschweig ke Magdeburg kita tempuh sekitar 1 jam. Dengan mobil sewaan untuk mengangkut barang pindahan yang akan dikirim ke Indonesia yang dikendarai oleh Pak Razwan (danke sehr Pak Razwan atas bantuannya) kemudian Pak Hendarko dan saya. Tujuan akhirnya sih ke Hamburg, karena kontainer memang udah nangkring di Hamburg, namun karena salah seorang teman juga akan kirim barang dari Magdeburg, maka kita samperin sekalian baru berangkat ke Hamburg. Nah, perjalanan di tengah malam menuju hamburg yang diiringi rasa kantuk kita selingi dengan bercengkrama ria biar rasa jenuh dan kantuk hilang. Setelah lama dalam perjalanan yang lebih dari 3 jam, terlihat jarak menuju Hamburg 30 km lagi berarti kalau kecepatan 120 km/jam maka perjalanan tinggal 15 menit kurang lebih. Saking senangnya kali yee, soalnya hampir nyampe tujuan...namun pada saat melewati persimpangan di autobahn (jalan tol) yang seharusnya ke kiri terus, eeehhh ternyata pak Razwan langsung banting stir ke kanan. Karena jalan tol yang nggak bisa mundur lagi, akhirnya kita terus jalan aja sambil mencari tempat istirahat sekalian tanya sama orang jalan lain menuju Hamburg. Alhasil jalan yang dikira salah tersebut, ternyata itulah yang benar...sambil tersenyum girang pak Razwan bilang, " kita tersesat ke jalan yang benar". Coba bayangkan kalau kita menuju arah ke kiri seperti yang dikira, malahan akan tersesat. Alhamdulillah perjalanan malam itu lancaaaarrr...! Intinya kalau kita itu lagi tersesat, nggak usah panik lho ya,..he..he..!!!